Header Ads

Sekilas Sejarah Pertempuran Antara Rakyat Kabupaten Tanah Laut dengan Kolonial Belanda

PERTEMPURAN dipimpin oleh Mastur penduduk kampung Batakan (sekarang masuk daerah Kabupaten Tanah Laut) sendiri. Tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang hanya berkekuatan 15 orang tidak mampu menghadapinya dan terpaksa mengundurkan diri. 

Pertempuran terjadi lagi di sekitar Gunung Timah kira-kira 10 kilometer dari Batakan, selama satu jam dengan tidak menimbulkan korban. Pasukan NICA berhasil dihalau dan ini menimbulkan semangat juang yang tinggi bagi rakyat Batakan. 

foto: juanesia.info


Tiga hari kemudian yakni tanggal 14 April 1946 NICA kembali menyerang Batakan dengan menggunakan pesawat terbang yang dilengkapi dengan bom api. Rakyat Batakan melakukan perlawanan dengan gagah berani. Pertempuran terjadi di semua sektor, sektor laut menghadapi dua buah kapal NICA di Muara Batakan.

Pesawat terbang berputar-putar menembaki dari udara sehingga rumah penduduk berlubang-lubang karenanya, disamping itu bom api dijatuhkan dari udara. Namun meski begitu, sektor utara berhasil menghancurkan kekuatan NICA, sehingga sebuah truk yang penuh dengan tentara NICA terbalik dan puluhan tentara NICA menjadi korban. 

Pertempuran yang kedua yang terjadi tanggal 15-16 April 1946 berlangsung sampai malam hari, dan setelah pukul 21.00 tembakan tidak terdengar lagi. Korban berjatuhan, 8 orang menjadi pahlawan bangsa, 4 orang dari pasukan ekspedisi yang kemudian dimakamkan di makam pahlawan Banjarbaru, sedangkan 4 orang lagi penduduk Batakan, dimakamkan di depan pintu masuk desa Batakan. Mereka itu adalah Anang B, Dukadir, Sahran dan Syukur. 

Tanggal 16 April 1946, setelah diadakan perembukan dengan seluruh penduduk, dengan memperhatikaan kekuatan pejuang yang tidak seimbang dengan kekuatan NICA, maka dengan perasan berat rombongan ekspedisi terpaksa kembali ke Jawa, setelah bertempur selama tiga hari dengan gigih menghadapi NICA. 

Rombongan ekspedisi kembali dengan selamat di pelabuhan Kalianget Madura. Begitu gigihnya Gubernur memberangkatkan ekspedisi ke Kalimantan, sehingga diberangkatkan pula ekspedisi Sabilillah pimpinan H. Abdul Hamid lewat pelabuhan Pekalongan tanggal 12 Juli 1946, sebelum rombongan Letnan L Mustafa Ideham Kembali ke Jawa. Rombongan tiba di Air Kecil Kalimantan Selatan pada tanggal 17 April 1946.


Sumber: @sejarahtanahlaut @mansyur_ulm @jalidimana

No comments

close
pop up banner