Atasi Penyakit Mental dengan Ngaji
Baru beberapa waktu yang lalu, publik digegerkan dengan berita mengejutkan. Beritanya ialah tentang ditangkapnya pasangan selebriti yang tertangkap basah menggunakan narkotika jenis sabu. Yang lebih mengejutkan lagi ialah alasan selebriti tersebut jadi menenggak barang haram tersebut. Alasannya adalah karena pasangan tersebut stress menghadapi pandemi virus corona yang tidak berkesudahan. Padahal, dua selebriti tersebut adalah pasangan konglomerat kaya raya.
_______________________________________
Oleh : Muhammad Sultan Hasan Saputra
Artikel kolaborasi majalis.id dan kalselgram.com
_______________________________________
Berita seperti ini tidak satu dua kali kita dengarkan. Sangat banyak kasus selebriti dengan harta melimpah, tetapi mengalami penyakit mental dan akhirnya terjerumus menggunakan narkotika. Yang harus kita perhatikan seksama, apakah ada korelasi antara gejala mental dengan penggunaan obat-obatan terlarang?
Ada penelitian yang menyebutkan bahwa semakin besar jumlah stres yang dialami seseorang, maka akan semakin besar pula kemungkinan kecanduan terhadap obat-obatan terlarang. Alasannya, orang tersebut akan memakai obat guna mengatasi ketegangan terkait dengan tekanan kehidupan atau untuk menghilangkan gejala kecemasan dan depresi. Dengan demikian, penggunaan narkoba berfungsi sebagai sarana untuk mengatur dampak dan menenangkan tekanan psikologis.
Tingginya kadar stres cenderung menyebabkan seseorang kehilangan kendali atas impuls dan ketidakmampuan untuk menunda kepuasan. Seseorang yang mengalami stres, otak mereka akan kehilangan kemampuan untuk menjadi reflektif dan cenderung mudah menyerah pada dorongan hati mereka. Penelitian ini dipekuat dengan temuan Badan Narkotika Nasional (BNN). Hasil survei yang dilakukan BNN dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 3.419.188 orang.
Maka bagaimana seharusnya kita sebagai seorang yang beragama mengatasi depresi, stress, dan penyakit mental lainnya? Tentu penyakit mental adalah suatu gejala yang tidak bisa dianggap remeh. Pengidapnya bisa mengalami depresi, trauma, stress, dan bahkan bisa berujung kepada gangguan jiwa sampai bunuh diri.
Banyak pula yang melampiaskan kepada hal-hal yang negative. Narkoba jenis sabu dianggap bisa menghilangkan stress sementara bagi penggunanya. Hal ini tentu merupakan tindakan yang melanggar hukum, karena mengonsumsi obat-obatan terlarang tanpa pengawasan dari dokter. Maka untuk pencegahan preventif, agama sudah menawarkan solusi. Solusi yang ditawarkan ialah Tasawwuf, atau bagi yang alergi dengan kata tersebut, bisa juga disebut sebagai Tazkiyatun Nafs.
Dalam ajaran akhlak tasawwuf, sangat mengedepankan pentingnya rasa syukur dan sabar dalam menghadapi segala sesuatu. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim ayat 7)
Ketika KH Ahmad Zuhdiannor menjelaskan makna ayat ini, beliau mengeaskan bahwa letak kebahagiaan yang sejati letaknya adalah di dalam rasa syukur.
Ketika kita senantiasa bersyukur, selalu merasa cukup (qana’ah) terhadap pemberian Allah ta’ala, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan hakiki. Terkadang kita tidak merasa bahagia karena tidak merasa cukup. Tuan Guru Zuhdi juga mengingatkan agar meletakkan dunia cukup di tangan, jangan pernah dimasukkan ke dalam hati.
Terkadang juga ketidakpuasan diri kita dalam menerima rezeki yang ada dikarenakan kita sering membandingkan dengan kondisi ekonomi orang lain, entah itu tetangga atau saudara lainnya. Oleh karena itu, Tuan Guru Zuhdi mengingatkan agar jangan pernah ikut dalam perlombaan dunia, karena itu tidak akan ada habisnya.
Dalam menata hati agar senantiasa syukur dan sabar, serta tidak dengki dengan pencapaian orang lain, tentu harus ada metode untuk menimbulkan suasana batin tersebut. Diantara Metode yang dianjurkan dalam Islam adalah zikir. Hal ini sesuai dengan anjuran Allah Ta’ala pada surah Al-Baqarah ayat 45 yang menganjurkan orang beriman agar senantiasa menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong.
Memang awalnya berat namun tidak menjadi halangan bagi orang yang khusyu. Berzikir atau mengingat Allah ta’ala juga dapat menentramkan hati, sesuai dengan firman Allah ta’ala pada surah Ar-Rad ayat 28. Maka tentu menjadikan sholat dan zikir sebagai obat mental helath adalah perintah langsung dari Allah ta’ala.
Metode amalan zikir ini sangat erat dengan aktivitas tasawwuf. Zikir biasanya akan diucapkan oleh pembimbing (murobbi mursyid) dan kemudian muridnya akan mengulang bacaan zikir murobbi tersebut. Hal ini sering disebut dengan talqin zikir. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya sehat (bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).
Salah satu pesantren yang menjadikan talqin zikir sebagai metode mental health adalah Pondok pesantren Suryalaya. Pondok pesantren ini didirikan oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 1905. Pesantren ini kemudian diteruskan oleh Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin R.A. atau yang akrab disapa dengan panggilan Abah Anom.
Konsep rehabilitasinya sendiri disebut dengan Inabah. Inabah ialah istilah yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti mengembalikan. Filosofi maknanya dari nama inabah adalah proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Konsep perawatan korban penyalahgunaan narkoba ini adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah ta’ala
Dari sudut pandang ilmu pendekatan tasawwuf tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah yang dipimpin Abah Anom, Maka orang yang sedang mabuk berarti jiwanya sebenarnya sedang tergoncang dan terganggu.
Kondisinya tidak jauh berbeda dengan orang gila sehingga diperlukan metode yang didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama. Dalam proses inabah, peserta rehab diharuskan untuk mensucikan diri dengan ber-wudhu dan melaksanakan sholat. Setelah itu, pasien rehab yang sudah pulih kesadarannya, kemudian diajak berdzikir melalui talqin dzikir. Anak pembinaan juga ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam.
Selain dengan metode tradisional, ada pula yang mencoba untuk menggabungkan metode tradisional dengan metode modern. Metode tersebut adalah metode hipnoterapi islami. Di Banjarmasin sendiri, metode ini dikenalkan oleh Ustadz Akhmad Jazuli.
Proses penyembuhannya sendiri yakni dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah Interview atau konsultasi masalah yang dihadapi pasien. Kemudian, pasien akan merelaksasi pikirannya agar melupakan sejenak problem yang mereka hadapi. Terakhir adalah pasien akan diberikan sugesti positif. Dengan melakukan pendekatan psikologi dan zikir islami, banyak pasien yang mengalami penyakit mental akhirnya sembuh dan merasa bahagia kembali dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Dengan melihat realita seperti ini, maka tentu kita semakin sadar bahwa letak kebahagiaan adalah bukan dari melimpahnya materi. Harta kekayaan tiada akan ada artinya jika hati kita kosong dan batin kita hampa. Bersyukurlah kita orang yang beriman kepada Allah ta’ala. Karena segala tingkah laku dan rasa batin kita dituntun oleh wahyu, bukan oleh nafsu duniawi yang diajarkan oleh paham materialism. Cukuplah hadits dari Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai penyimpul tulisan ini:
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
(Penulis adalah Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP ULM, Komisi D FSLDK Kalsel, Inisiator Gerakan Bangkit Generasi Bangsa, Founder media dakwah Majalis.id)
Referensi :
1. Hadiyatullah. (2018). Dari Pesantren ke Pesantren; Kiprah 55 Pesantren Berpengaruh di Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Redaksi Halodoc. (2019). Stres Kerja Bisa Buat Orang Konsumsi Narkoba, Benarkah? (https://www.halodoc.com/artikel/stres-kerja-bisa-buat-orang-konsumsi-narkoba-benarkah)
3. Roni. (2021). Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 3,4 Juta Orang. (https://fin.co.id/2021/06/28/pengguna-narkoba-di-indonesia-capai-34-juta-orang/)
4. Tuasikal, Muhammad Abduh. (2016). Ajaibnya Keadaan Seorang Mukmin. (https://rumaysho.com/12985-ajaibnya-keadaan-seorang-mukmin.html )
5. Warsudi, Agus. (2021). Nia Ramadhani Ngaku Konsumsi Sabu karena Stres Hadapi Pandemi Covid-19. (https://jabar.inews.id/berita/nia-ramadhani-ngaku-konsumsi-sabu-karena-stres-hadapi-pandemi-covid-19.)
6. Video Ceramah Ustadz Ahmad Jazuli dengan judul ‘[LIVE] PESANTREN DIGITAL - Ust. Ahmad Jazuli, S.ked., M.Ap. (konsultan hipnoterapi ilmiah)’ di kanal Youtube Nuruzzahra Official (https://www.youtube.com/watch?v=8pL94YgHhE8)
7. Ceramah KH Ahmad Zuhdiannor (Alm) di Masjid Jami Sei. Jingah malam Jum’at saat beliau menyarikan kitab Hidayatussalikiin, kitab Fikih Tasawwuf yang disusun oleh Syeikh Abdul Somad Al-Falimbangi.
foto: aboutislam.net
Post a Comment