Header Ads

Alegori "Topeng" dalam Lukisan Rizky A Setiawan di Taman Budaya Kalsel

ALEGORI yang digunakan oleh Rizky A Setiawan tampak berbeda dari beberapa lukisan lain. Lukisan dengan judul Unbeauty and The Seven Capital Sin secara lahiriah tak membawa satu pun bentuk topeng sesuai dengan tema pameran lukisan di Taman Budaya Kalsel. Lalu apa makna lukisan ini?

KALSELGRAM.com | Develop a Better Future

Memasuki area pameran lukisan dengan tema Semarak Topeng 71' , Selasa (17/8/2021) bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, rasanya cukup menarik. 
Puluhan kanvas yang sudah digores dengan indah oleh para seniman ini terlihat semarak, indah dan mempunyai maknanya sendiri-sendiri. Rata-rata memasukkan bentuk topeng ke dalam lukisannya. Entah dalam bentuk yang realis, abstrak, hingga tiga dimensi.

Dari deretan lukisan dengan "unsur" topeng di dalamnya, Rizky A Setiawan malah memilih melukis burung dengan sayap yang melebar. Jelas ini mengundang tanya, seperti burung ungu di kumpulan burung berwarna putih. Terlihat berbeda.

Jika diperhatikan, ternyata lukisan itu bukanlah bentuk burung secara material. Karena terdiri dari beberapa komponen corak. Misalnya saja pada bagian leher burung ternyata adalah dedaunan yang bertumpuk, sedangkan bagian ekor sebenarnya terinspirasi dari kulit buah salak yang coklat. Uniknya lagi, di bagian sayap ternyata terbuat dari cermin.
"Memang temanya adalah topeng, tapi saya ingin membuat lukisan ini sebagai alegori dari topeng itu sendiri. Burung itu banyak ditafsirkan harus selalu indah, entah bulunya, warna, keindahan suara dan itulah topeng yang dimaksud. Itu tergambar dalam lukisan ini," ujar sang pelukis, Rizky A Setiawan dengan nama pena Takara Belati.

Barangkali maksud dari lukisan ini cukup luas dan dalam. Bahwa dalam kehidupan ini, kebanyakan manusia terlalu memerhatikan tuntutan "keindahan" untuk memuaskan orang lain sehingga tidak menjadi dirinya sendiri.
Sehingga keindahan itu bak topeng, yang indah di luar, namun kenyataan bisa saja kemudian tak seperti kelihatannya. 

Pembuatan lukisan ini memerlukan waktu hingga sepuluh hari lamanya. Perlu keseriusan dalam menuangkan makna pada sebuah kanvas hingga berbentuk sebuah lukisan. "Saya membuat lukisan ini selama sepuluh hari," tutur lelaki yang juga seorang penulis ini.
Selain lukisan dari Rizky, beberapa lukisan bertema topeng dari pelukis senior di Kalsel juga ditampilkan. Kondisi pandemi tak menghalangi para pelukis dari berbagai daerah di Banua untuk berkarya. Terbukti, banyak hasil karya lukis di pameran ini yang bisa kita lihat. Bahkan ada pula karya lukis digital dari seorang pelukis muda yang menggunakan media digital untuk menuangkan karya seninya. (kalselgram)

No comments

close
pop up banner