Header Ads

Bertamu ke Beberapa Kedai Kopi di Kalsel-Teng, Begini Nih Vibesnya Ternyata

Kami bekerjasama dengan majalah daring kopi seduh manual Indonesia HUDES.id untuk menyajikan tulisan mengenai kunjungan ke beberapa kedai kopi di Kalimantan Selatan dan Tengah. Tentu saja dengan keterbatasan, tak semua kedai kopi sempat kami kunjungi langsung. Setidaknya ini bisa menjadi gambaran bagaimana suasana kedai kopi yang dapat kami sajikan tulisannya. Yuk disruput.

-------------------------------------

Kolaborasi HUDES.id dan KALSELGRAM.com

DEVELOP A BETTER FUTURE

------------------------------------- 

BOLU hijau pandan tersaji dalam wadah tertutup kaca bundar. Pasar terasa sibuk siang menjelang sore. Dari rentetan hingar bingar Pasar Niaga Banjarmasin itu, sebuah "hidden gem" memecah keramaian dan menyajikan kopi spesial. Bukan hanya untuk coffee anthusiast, namun juga cocok bagi para pendekar kopi dan coffee snob.

Niaga Koffee, sebuah coffee shop mungil di kawasan pasar tradisional. Agak berada di wilayah pesisir Pasar Niaga Harum Manis Banjarmasin. 
Dulu sejak kecil kami mengenal pasar ini adalah pusat berbagai bongkar muat barang dalam kapasitas lumayan besar. Sangat luas untuk sebuah kawasan pasar tradisional. 

Coffee shop di dalam pasar tradisional, khususnya di Banjarmasin, bukanlah sebuah manuver arus utama. Sehingga siapa saja yang berani bertarung membuka kedai kopi modern di dalam pasar tradisional sudah akan auto unik dan berbeda. Inilah salah satu kesan pertama yang didapat saat berkunjung ke Niaga Koffee.
Meski mungil, Niaga Koffee punya vibrasi yang unik. Ngopi di kawasan pasar tentu saja akan berbeda dengan ngopi di lokasi rindang atau di pinggir jalan. Tempat ini boleh dibilang seperti menyampaikan pesan bahwa kedai kopi, dimana pun tempatnya, akan bisa eksis asalkan punya value. 
Anda akan mulai mengerti, saat masuk ke dalam coffee shop ini. Bagi pemburu pengalaman mencecap berbagai jenis kopi, keberagaman jenis kopi yang ditawarkan dan kualitas kopi menjadi hal menyenangkan.

Saat masuk, jika diperhatikan, ada lebih dari lima jenis kopi dari roaster yang punya track record bagus di tempat ini. Ada coffee beans dari Fugol dengan note watermelon smash, lalu ada coffee beans dari Space Roastery dan Smocking Barrels.

Tentu saja ini patut diapresiasi, meski memiliki mesin espresso mumpuni, Niaga Koffee sangat memberi ruang bagi manual brew anthusiast bisa lebih variatif saat menyeruput kopi.

Padahal kami pikir, tempat ini akan menonjolkan menu espresso base-nya. Ternyata tidak begitu. Porsi untuk pelayanan kopi filter manual brew memiliki ruang yang pas dan menyenangkan.

Alat-alat untuk membuat kopi manual brew pun tidak sembarangan. Meski kecil Niaga punya tenaga besar untuk menyajikan kopi manual yang berkualitas, dan tentu saja menu espresso base yang juga ada.

Hal yang juga paling berkesan adalah, bolu hijau pandannya yang enak. Ngopi memang sungguh sedap ditemani sepotong bolu yang lembut, harum dan manis. Mereka tidak menjual bolu enak ini. Ya, tidak dijual. Mereka memberikannya free untuk customer (mungkin di hari tertentu). Padahal kalau pun dijual, bolu hijau pandan itu sungguh worth it dibeli. Kami rasa selain suasana dan kopinya yang enak, bolu hijau pandan Niaga adalah ikon yang paling diingat dari tempat ini.
--------------------------




Mengunjungi Weber EG1 dan Modbar Espresso di Meja Seduh Office Coffee Roastery

TEDUH dan hijau. Sekitar pukul sebelas siang, hari masih terasa teduh, maklum saja cuaca memang lagi senang-senangnya hujan. Tak ada papan nama mencolok dari depan pagar. Di dalam ada halaman luas dipenuhi rumput yang tertata. Masuk ke dalam sedikit tampaklah bangunan beton berpoles cat putih dan aksen kayu. Di tempat ini para barista dan juru masak yang terbilang masih muda-muda terlihat cekatan.

Dari balik kaca bening daun pintu luar kita bisa sekilas melihat meja seduh milik Office Coffee Roastery yang berada di Jalan Karang Rejo, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan ini. "Silakan masuk," sapa perempuan berjilbab lengkap dengan apron kulit berwarna gelap dengan ramah, mengarahkan kami ke meja mungil yang tampaknya adalah meja kasir sekaligus titik memesan kopi dan makanan.

MEJA SEDUH - Di sini kita bisa berinteraksi dengan penyeduh.

Di sisi lain beberapa tamu datang bersama rekan, bahkan ada pula yang sambil membawa anak bayi yang imut. 

Di sini poin yang sangat membantu, kita tidak dibiarkan kebingungan memilih menu kopi, dan minuman lain atau makanan, dia dengan ramah menjelaskan makanan yang direkomendasikan, minuman yang tersedia, sambil membantu membolak balik halaman buku menu. Seolah kita bukan tamu baru lagi di tempat ini.  

BROMPTON - Sepeda lipat.

Di sudut lain --masih di dalam-- agak ke samping dari pintu utama, terparkir sepeda lipat Brompton. Mungkin sepeda "sultan" itu adalah milik owner tempat ini. 

Bertemu dengan Grinder Weber EG-1 USA

Kami memilih kopi seduh manual dari Kenya, yang punya notes blackcurrent serta makanan berat untuk sekalian makan siang. Setelah memesan minuman dan makanan, dan duduk dengan nyaman, pandangan tertuju pada mesin giling kopi/grinder dengan bentuk futuristik. Tidak berapa lama, perempuan berjilbab yang tadinya berada di kasir berubah posisi menjadi penyeduh. Flow kerjanya sangat efektif dan cepat. Karena di waktu yang sama, crew yang lain akan melakukan hal lain sesuai alurnya.

"Grinder ini sepertinya baru ada di sini ya,"

"Oh iya kak, grinder Weber EG-1 ini baru ada dua di Indonesia, satu di Jakarta dan satunya lagi di sini," katanya sambil menyiapkan kertas saring dan dripper di meja seduh panjang, Kamis (4/2/2021).

Grinder EG-1 Weber Workshop’s 80mm flat burr pernah kami baca pada tulisan pak Toni Wahid di tahun 2017 lalu dalam blog kopi legendaris: cikopi.com. (Kalau pak Toni membaca tulisan ini, terima kasih pak Toni sudah menginspirasi untuk memproduksi tulisan-tulisan mengenai kopi).

WEBER - Grinder EG-1 

Ternyata kali ini bukan hanya sekedar membaca namun melihat langsung dan merasakan seduhan dari kopi yang digiling dengan mesin buatan Amerika ini. Grinder Weber EG-1 saat ini dibandrol dengan harga US$3.495,00. 

Ini setara dengan Rp49.169.058 dengan kurs rupiah Rp14.068,40 per satu dollar Amerika. Jika ditambah dengan biaya ekspedisi, barangkali bisa tembus Rp50 juta. Sebuah harga yang perlu ditebus jika ingin memboyong mesin giling dengan sistem flat burr berdimater 80 dengan material Titanium Carbo Nitride (TiCN).

Dalam tulisan ini tidak akan menjelaskan panjang lebar review dan spesifikasi grinder limapuluh juta rupiah ini, karena sudah dengan terang benderang dijelaskan pada tulisan pak Toni Wahid sebelumnya. 

Selain grinder dari Weber, di meja yang sama juga ada Modbar Espresso & Steam Systems, mesin espresso ini kabarnya merupakan produk kerja sama antara Modbar dan La Marzocco. Soal harga jangan ditanya lah, di atas Rp150 juta.

Mencicip Hasil Gilingan Weber EG-1

Setelah kami amati, hasil gilingan dari EG-1 memang benar-benar konsisten, namun bagaimana pengaruhnya dengan hasil seduhan? Secara teori jelas akan ada pengaruhnya, namun kembali lagi ini perlu divalidasi secara objektif. Saat itu kami hanya ingin mencicip seduhan kopi yang digiling dengan alat ini dan jujur saja kami juga bukan ahli di bidang mencecap rasa kopi, hanya sekadarnya saja. Sesuai kemampuan sensory lidah.

SEDUH MANUAL - Kopi Kenya Blackcurrant.

Yang jelas, kopi yang dipesan adalah kopi dari Afrika, yaitu dari Kenya. Aromanya sangat manis dan floral, khas kopi-kopi dari Afrika. Pertama diseruput, rasa yang dominan adalah manis yang jelas terasa, hint dark chocolate dan buah berry pada aftertastenya. Selain itu bodynya ringan namun cukup kompleks. Sungguh nikmat.

Apakah ini salah satu efek dari hasil gilingan menggunakan Weber EG-1? Mungkin saja. Lagi pula ini bukan lomba mencecap kopi atau jurnal penelitan alat giling. He-he-he. Mungkin yang jelas, kopinya memang enak, karena setau kami kopi Kenya AA sudah tidak diragukan lagi, dan Office Coffee punya standar ketat soal bahan baku green beans dan pola sangrai.

Hal lain yang menyenangkan di tempat ini adalah, kita bisa sekalian membawa pulang buah tangan berupa roasted beans, kertas saring dengan merek No Brand, merchandise dan cookies yang tertata rapi pada rak-rak kayu. Suasana rak seperti ini sebenarnya juga bisa kita temui di Office Coffe Banjarmasin dan Thousand Feet Coffee yang masih berada dalam satu manajemen.

Geliat Industri Kopi di Kalsel Berkembang Pesat

Sebelumnya kami pernah menulis sebuah kedai kopi manual di bilangan Banjarmasin Utara, yaitu Manualist. Kedai kopi seduh manual ini juga punya alat-alat kopi "ala Sultan". Sekarang di Banjarbaru juga muncul kedai kopi dengan alat-alat yang tidak main-main.

Apakah ini indikator berkembangnya industri kopi di Kalsel? Secara garis besar, kita tidak juga kemudian bisa menjadikan hal ini sebagai indikator. Karena perkembangan industri kopi di suatu daerah dipengaruhi banyak faktor. Mulai dari hulu hingga ke hilir. Mata rantai ini harus berjalan dengan baik agar bisa mengatakan industri kopi berkembang atau tidak,

Namun kita tetap patut mengapresiasi keseriuasan dari pelaku industri kopi di daerah ini. Boleh dibilang, saat ini  Kalsel menjadi provinsi dengan kecepatan tren kedai kopi tercepat di Kalimantan. Hal ini juga dipengaruhi oleh usaha para pelaku industri kopi di Banua menghadirkan keseriusan pada kualitas dan equipment yang digunakan. Ada pesan yang seolah ingin disampaikan, bahwa pelaku industri kopi di Kalsel tidak main-main soal urusan kopi.

---------------------



Berkunjung ke Tempat Baru Hello Coffee, Nyaris Merasa di Rumah Sendiri

KESAN berada di rumah klasik langsung terasa saat kita masuk. Nyaris saja mengucapkan assalamualaikum dengan suara agak lantang seperti kebiasaan saat masuk ke rumah. Saking homey-nya tempat ini. 

Sekilas seperti berkunjung ke rumah keluarga tempo dulu. Dekorasi bangunan kayu dengan polesan cat putih seperti berpadu dengan baik. Halaman yang luas dan teduh dengan pepohonan juga menambah kesan nyaman. Seperti itulah sekilas gambaran tambahan bangunan baru dari Hello Coffee. 

Selain itu lantai kayu yang terlihat dipoles lebih bersih mengingatkan kita pada suasana rumah-rumah tradisional ala Banjar. Boleh dibilang dari semua dekorasi yang ada, lantai kayu lah yang menjadi dominan membuat tempat ini terasa hangat. Meski tetap dingin karena pendingin ruangan.
foto: dok.hellocoffee.co

Di salah satu sisi ruangan terpampang beberapa figura yang menangkap beberapa foto dengan nuansa hitam, cukup kontras dengan dinding yang berwarna putih. Udara di dalam cukup dingin, dengan kekuatan dua buah pendingin ruangan. Lampu-lampu juga ditata rapi dengan bias pencahayaan yang pas.

Tanaman disematkan dalam pot-pot besar dan kecil di dalam serta luar ruangan. Entahlah jenis apa dan apa namanya, setidaknya ini menambah kesegaran pandangan. Ini juga biasa kita jumpai di rumah-rumah, biasanya sang empunya rumah menanam tanaman dalam beberap pot dan diletakkan di halaman rumah. Bedanya, ini adalah coffee shop, bukan rumah. Tapi berasa seperti rumah. Nah loh.
Berada di kawasan Jalan Batu Piring Antasan Besar, Hello Coffee yang dikomandoi oleh Willyan Rifani ini bisa diakses dengan mudah oleh pecinta kopi di kota seribu sungai. Tidak banyak memang, kedai kopi di Banjarmasin yang membuat konsep tempat nongkrong ala di rumah sendiri seperti ini. Selain perlu biaya perombakan dan dekor cukup besar, konsep ini juga terbilang masih jarang.

Tak ada mesin kopi ataupun bar yang menghegemoni dalam penambahan tempat baru ini. Hello Coffee tetap mempertahankan bangunan lamanya tepat di seberang bangunan baru. Semua alat "tempur" seperti mesin kopi hingga kitchen masih beroperasional di seberang. Di situlah uniknya, ketika anda memesan kopi dan makanan atau cemilan, maka "awak kapal" dari Hello tampak bersungguh-sungguh mengantarkan pesanan ke seberang. 

Kalau di tempat lain kita akan bersusah payah mengambil minuman dan kopi kita, maka di tempat ini harus diakui awak kapal tampak mempunyai SOP yang bagus dan ramah. Sekali lagi ini adalah nilai lebih. Meski ada pro kontra, apakah kedai kopi lebih baik menerapkan self service atau pelayanan ala bistro. 

Soal menu, harus diakui enak, bersih dan rapi. Ada rice bowl, kebab, menu breakfast, ya cukup buat kita kenyang lah. Kami rasa tempat ini sangat laik untuk kamu yang senang nongkrong sambil bekerja. 

Kerja keras Hello Coffee membuat konsep tempat barunya perlu diapresiasi, karena jelas bukan hal instant bisa menghadirkan tempat se-homey itu. Perlu imajinasi, rencana, dan eksekusi yang berani. Setidaknya berani dalam mengeluarkan biaya lebih, karena tempat yang baru, dulunya adalah rumah biasa yang tampak agak lusuh. Kini tempat itu berubah. Penasaran? silakan anda kunjungi sendiri. 
------------------------





Manualist, Mahlkonig EK43 dan Acaia Orion dalam Ruangan Mungil 

MAHLKONIG EK43 Germany, brand grinder kelas atas dalam kasta grinder itu langsung menghegemoni ruangan minimalis bernuansa hitam dan putih yang kami kunjungi. Aroma roti panggang manis dari beans kopi yang disangrai dalam mesin roasting begitu semerbak. Jersey basket bertuliskan Jordan menambah kesan inspiratif dari ruang seduh satu ini. Di kaca depan, tertera tulisan dengan aksen putih: Manualist.


Pagi itu cukup cerah, masuk ke dalam kawasan di Jalan Adyaksa Banjarmasin Utara ini memang punya kesan tersendiri. Kami mampir ke Manualist yang dikelola bersama oleh Bani dan Anjas. 
MAHLKONIG - Dianggap sebagai grinder terbaik saat ini.
Sesuai namanya, Manualist fokus pada seduh kopi manual. Namun tempat ini tidak mencerminkan kedai kopi manual biasa. Keseriusan terpampang jelas, mereka tidak sedang main-main. Alat kopi mereka rata-rata alat terbaik di kelasnya. 

Manualist berada pada kawasan yang sama dengan Kawai Kofie. Rimbun dan teduh, cukup membuat ketagihan berlama-lama, terutama di etalase outdoornya. "Silakan masuk," kata penyeduh di Manualist bernama Amrin sambil tersenyum, Rabu (22/7/2020).

Ia cukup terkejut, karena saat itu rupa-rupanya sedang fokus menyangrai kopi untuk stok beans espresso di Kawai Kofie, apalagi waktu itu masih lumayan pagi. Kami lihat beberapa kali ia memeriksa mesin roasting yang punya kapasitas sekitar satu kilogram itu. Sepintas alat roasting itu sepertinya adalah keluaran pabrikan William Edison. "Ada beberapa beans, dari dalam dan luar negeri, kebetulan di Manualist kami fokus seduh manual," urainya sambil menunjuk-nunjuk dua pack beans di atas meja bar.

SIMPEL - Desain ruangan yang simpel.

Kami sangat menghargai sebuah keseriuasan dalam pekerjaan, dan itu kami rasakan dalam ruangan Manualist. Bagaimanapun juga, pemilik ataupun pengelola tempat ini paham betul bagaimana mengelola dan memberikan perhatian kepada kopi. Kenapa bisa begitu? Anda bisa melihat cara mereka memperhatikan hal-hal detil, seperti berat biji kopi sebelum diseduh. Mereka tak hanya sekadar menggunakan timbangan digital, namun juga beans doser.
SERIUS - Acaia Orion Bean Doser
Di atas meja bar yang mungil itu, bukan saja hanya ada grinder Mahlkonig, namun juga ada dua Acaia Orion Bean Doser. Ya, bukan satu, tapi dua!. Harga satu Acaia Orion Bean Doser saja ada pada kisaran Rp17 juta, silakan kalikan dua. Seharga itulah mereka membeli alat untuk sekadar menjaga konsistensi dalam seduhan. Oleh karena itulah, sebelum kopi diseduh saja, bagi kami vibes yang disajikan sungguh sebuah vibes positif, yaitu keseriusan.

"Jadi beans untuk manual brew ngeroasting sendiri ya?" tanya kami
"Kalau ngeroasting ini untuk stok beans espresso," ujarnya.

Di salah satu sudut ruangan, kami juga melihat coffee screen grader. Alat ini digunakan untuk memilah biji kopi sesuai ukuran. Sehingga hasil sangraian dari segi bentuk bisa lebih homogen. Hmmm, menarik juga, sangat serius untuk tempat yang minimalis.

Pagi itu kami memilih beans Colombia Rio Paez kolaborasi dari Onyx Coffee Lab dan April Coffee Roastery and Store Kota Coepenhagen Denmark. Beans ini diroasting oleh roaster luar dan menarik hati kami untuk mencobanya. Apalagi sejak pandemi ini, kami sangat jarang mencicipi beans-beans luar yang diroasting oleh roaster luar negeri pula. 
KERAMIK - Konon gelas kerami menambah nikmat seduhan kopi.
Menggunakan dripper dari Bluebottle, kopi Colombia yang terkenal dengan bright aciddity-nya itu diseduh dan dituang dalam server yang sudah berisi es. Cuaca agak panas memang pas menenggak es kopi ala Japanese. 
MINIMALIS - Suasana depan Manualist
Tidak perlu waktu lama, sesuai standar penyeduhan, kopi pun kami coba. Emmm, benar saja, kopi ini langsung terasa manis seperti gula merah dan memberikan kesan apel serta belimbing tipis-tipis, namun yang cukup unik, ada semacam kesan "terpanggang" pada aftertaste-nya. Kami tidak tahu disebut atau didefinisikan apa (kami bukan ahli cup taster, hahaha), namun cukup enak dan unik sih. Kami jadi teringat dengan kopi Jamaican Blue Mountaint, dari sweet flavor dan agak subtle floral, entahlah. 

Kami merasa terhibur dan menyenangkan menyeruput kopi di tempat ini, apalagi ini adalah kopi luar negeri pertama yang kami seruput setelah sekian lama. Tidak mengecewakan. Hanya satu saja, aroma asap roasting kopi mulai begitu cukup kuat saat roasting mulai memasuki fase first crack di tempat ini. Paling pas memang duduk di luar, di bawah pohon rimbun setelah kopi selesai diseduh. Terima kasih Manualist, telah memberikan pengalaman menyeruput kopi yang bermakna. Good Vibes!
----------------------------






Ngegas Dulu di GAZ Coffee, Kedai Anak Motor Nih

GAZ, kombinasi tiga huruf ini mengingatkan kita dengan nuansa anak motor. Benar saja, GAZ Coffee memiliki filosofi itu, karena sang empunya kedai, adalah pecinta motor. Boleh dibilang ia adalah seorang "anak motor" yang menyalurkan "kegas-annya" pada kopi, bukan hanya di jalan raya.

SEMANGAT - Irsyad Musyaffa
Hobi mengendarai motor membuat anak muda dari Banjarmasin bernama Irsyad Musyaffa berinisiatif untuk memodifikasi kedai kopi kecil yang ia bangun dengan tema anak motor. Kedai kopi yang berada di Jalan Kolonel Sugiono Banjarmasin ini memang memiliki kesan yang laki. 

Terlihat dari pilihan corak warna dan kesimpelan tata letak kedai. "Saya memang hobi motor, jadi sekalian aja kedai kopi ini kami konsep buat anak motor gitu lah," kata Irsyad kepada Hudes, Jumat (24/7/2020).

Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat ini pun menceritakan, bahwa ia sudah memulai GAZ Coffee sebelum bulan April lalu. Bahkan ia sudah merencanakan kedai kopinya itu sebagai salah satu wadah tongkrongan para anak motor di Banjarmasin. 
GAZ COFFEE - Kedai kopi anak motor
Namun apa boleh buat, pandemi ternyata melanda dunia. Bukan hanya ekonomi skala global yang terpukul, kedai yang baru ia rintis pun turut merasakan "pukulan" itu. "Ya mau gimana, ketika ada Corona, jadi terhambat," tuturnya.

Namun sekarang, ia tidak menyerah, dengan mempertahankan konsep anak motor di kedai kopinya, Irsyad perlahan mulai membuka kembali operasional kedai. Soal menu tak usah ditanya, Irsyad yang juga sudah berpengalaman menjadi seorang barista ini, sudah memiliki sedereten menu bagi pengunjung kedai. 

Tak ketinggalan menu kopi seduh manual. Dengan alat V60, ia setia menyeduh kopi untuk pengunjung maupun rekannya sesama anak motor. "Sekarang kami mencoba terus berkembang," kata Irsyad. (hudes)
------------------------------





Kos Kovi, Kedai Kopi dalam Kos di Palangkaraya

JIKA banyak anak muda yang bingung mau ngapain saat berada di tempat kos, hal itu tidak dialami Aji Maulana. Ia malah mengubah tempat kosnya jadi wadah seduh kopi. Ia pun mengaku tak sengaja membangun wadah seduh yang ia beri nama Kos Kovi.


Berada di Jalan Temanggung Tilung, Kota Palangkaraya, Kos Kovi seolah memberikan warna baru bagi penikmat seduhan kopi. Aji menuturkan, semula ia memang suka kopi. Lalu mulai deh  ngumpulin alat kopi manual buat belajar kopi sendiri dan nyicil dari 2018. "Sebenarnya gak senjaga aja, beli alat kopi buat nyeduh," ujarnya kepada Hudes, Minggu (26/7/2020).

Dari sana ia kemudian dikenal sama teman-temannya sebagai "anak kopi" dan dipercaya menyeduh kopi saat sedang kumpul bareng. "Gak sengaja buka, keterusan sampai sekarang," katanya.

Di meja bar kecil Kos Kovi tampak beberapa dripper dan toples yang berisi coffee beans dari beberapa daerah. Uniknya, Aji juga kadang menyediakan kue bingka. Bagi orang suku Banjar yang menyebar di Kalimantan Selatan dan Tengah, kue bingka cukup familiar. Kue ini menjadi semacam kue khas Banjar. 

Menurut Aji kue bingka mini itu buatan nenek di dekat kosnya. Ia pun memberi nama kue itu sebagai bingka nini (nenek, red.). Selain bingka juga ada donat. Menariknya lagi, donat ini dibuat oleh adik ibu kos. "Mungkin kedai kami ini bisa diizinkan buka di kos ini karena izin beliau juga," tambah Aji.
Otomatis Aji gak bingung lagi mau ngapain kalau lagi di kos. Karena juga sekaligus jadi tempat ngopi dan ketemu teman-teman. "Untuk sekarang kos hanya buka santai aja karena masih jaganya sendirian," beber dia.

Ia pun berterima kasih kepada teman-teman pecinta kopi di Palangkaraya yang banyak membantunya merintis Kos Kovi. Menurutnya kesolidan komunitas kopi di Kalteng cukup bagus. 

Untuk mengetahui jam buka Kos Kovi bisa dipantau di Instagram @kos.kovi. Barangkali kamu mau coba suasana ngopi beda di dalam kos. Apalagi sambil bincangin ide dan hal-hal bermanfaat. (hudes)
-------------------------




Warkopian, Padukan Konsep Kuliner Lokal dan Kopi Modern

Tentu saja menyantap bakmi atau siomay ditemani secangkir kopi espresso based seperti spanish latte, cappucino dan latte adalah hal yang menyenangkan. Pengalaman memadukan kuliner lokal dan minuman modern inilah yang menjadi kekuatan oleh Warkopian Cafe yang berada di Citraland, Ruko 1, Kabupaten Banjar.
foto: Ruddydudidam 99

Warkopian Cafe memang sudah masuk dalam Kabupaten Banjar, namun jaraknya tak begitu jauh dari Kota Banjarmasin, barangkali hanya sekitar delapan kilometer dari batas Kota Banjarmasin.
foto: Tony Loman

Warkopian Cafe menyajikan Spanish Latte yang dibuat dengan mesin espresso mumpuni. Kedai yang satu ini rupanya tidak main-main dengan kualitas sajian minuman mereka. Mesin dan alat-alat yang mereka gunakan bukan alat sembarangan. Menariknya, Warkopian memadukannya dengan kuliner lokal seperti bakmi dan siomay.

Menyantap bakmi atau siomay bersama sahabat atau orang yang anda sayangi sembari menyeruput kopi adalah hal yang menyenangkan di tempat ini. Bukan hanya menyajikan kopi espresso based, Warkopian ternyata juga memanjakan para pecinta kopi filter manual brew.
foto: Juwita Mentari

Beberapa coffee beans arabika dari beberapa roastery mereka sediakan di meja seduh. Kita bisa meminta barista di sini untuk menyeduh menggunakan dripper V60 yang dikenal mampu menghasilkan kopi dengan citarasa yang lebih clean. Bagaimana apakah teman-teman tertarik ke Warkopian Cafe? (hudes)
------------------------




Urbane Coffee Roaster, Coffee Shop Juara Seduh Manual

Pada tulisan sebelumnya di www.hudes.id, kami pernah mewawancara juara Banjarbaru Brewers Championship 2019. Kompetisi ini boleh dibilang bukan kompetisi kaleng-kaleng. Juri yang menilai adalah orang-orang yang punya rekam jejak tak sembarangan di level nasional. 
foto: @bjbcoffeeevents
Ada Muhammad Fakhri Murad, Indonesian Brewers Cup Champion 2019 (11th World Brewers Cup 2019), kemudian Arief Blend (1st Winner Eastern Barista Championship 2018), Rendy Anugrah Mahesa,  (Western Champion IBrC 2017), serta Ardy Lana dari Banjarmasin yang pernah menjadi salah satu jawara Indonesian Tasting Championship 2017. Ada pula para owner dan roaster handal di Kalsel yang turut menilai. Jadi boleh dibilang kejuaraan menyeduh ini cukup paten. Sang juara itu adalah Galih Djailani, ia sekarang menjadi barista Urbane Coffee Roaster di Citraland.

foto: @urbanecoffeeroaster
Urbane Coffee Roaster boleh dibilang mumpuni dan paket komplit sebagai sebuah coffee shop. Selain menyajikan kopi espresso based dan manual brew, mereka juga menyangrai sendiri kopi mereka. Memiliki mesin roasting yang ciamik tentu saja membuat Urbane Coffee Roaster mampu lebih leluasa mengeksplorasi pola roasting dan mendevelopi green beans menjadi roasted beans.

Secara harfiah, urbane berarti sopan santun. Namun jika mengambil kata urban saja yang berarti perkotaan, maka dua arti ini akan saling mendukung satu sama lain. Itulah makna yang dibawa oleh founder Urbane Coffee Roaster. 

Pertama kali datang ke sana, vibes perkotaan seketika terasa, namun berasa santun. Berada di district mewah Kabupaten Banjar membuat Urbane terasa sangat urban. Tidak dipungkiri lokasi Citraland ini menjadi district tongkrongan chill-nya anak muda. Namun kamu tidak akan bingung jika ingin mencari Urbane Coffee Roaster, karena papan namanya paling urban dan mencolok.

Kita akan disuguhi oleh mesin roaster yang persis berada paling depan bak penyambut tamu. Urbane memang serius dalam menggarap biji kopinya. Jika Masuk ke ruang utama, maka kita akan disuguhkan nuansa perkotaan yang kalem. Boleh dibilang coffee shop ini adalah jenis coffee shop specialty coffee.

Kami memesan mocktail, dan kami rasa mocktailnya boleh dibilang juara. Rasa-rasanya, tim urbane coffee roaster sukses membuat brandnya melekat di penggemarnya.
an untuk kongkow bareng teman-teman. (hudes)


No comments

close
pop up banner