WADAI kararaban, manis, beraroma kayu manis, dan lezat. Masyarakat Banjar jelas sudah sangat mengetahui dengan kue "basah" yang banyak dijual saat bulan suci Ramadhan itu. Namun kira-kira apa sih filosofi dari kue kararaban khas Kalsel ini?
----------------------------------------------------------------
KALSELGRAM.com | Pelopor Wahana Daring Generasi Z Kalimantan Selatan
----------------------------------------------------------------
Kalau dilihat dari komposisi bahan bakunya, kue yang satu ini cukup kompleks, karena melibatkan beberapa rempah-rempah khas Indonesia seperti kayu manis dan adas. Dua rempah ini, jarang digunakan dalam pembuatan kue, terutama adas. Bisanya kayu manis dan adas digunakan sebagai bumbu soto Banjar.
Pentingnya Nilai Lebih
Dari wadai (kue) kararaban ini, kita belajar, bahwa dalam kehidupan, kita perlu nilai lebih alias value. Sebuah value biasanya lahir dari sesuatu yang baik. Lihat saja, dari beragam wadai basah yang dijual dan disajikan, mayoritas urang Banjar akan sangat ingat dengan wadai kararaban. Karena cita rasa dan aroma yang cukup berbeda dengan wadai basah lainnya semacam wadai lapis.
 |
foto: wrhmuna |
Dari segi bahan baku saja, kararaban punya value tersendiri, yaitu aroma yang khas dan berbeda. Ini sebagai efek dari kayu manis dan adas dalam wadai kararaban. Rasanya, tidak diragukan, wadai ini jelas sedap dan "pecah" di mulut. Rasanya yang khas sangat membekas di memori.Hal Sederhana jadi Berbeda
Kue kararaban memberikan fakta kepada kita, bahwa kue berbahan dasar yang sama denga kue lainnya akan menjadi kue biasa-biasa saja. Menjadi kue yang sederhana yang kurang dilirik dan diingat. Berbeda dengan kue kararaban, meski juga memiliki bahan dasar yang kurang lebih sama dengan kue basah khas Banjar lainnya, namun penemu resep (entah siapa) cukup inovatif. Ia menambahkan tambahan rempah berupa adas dan kayu manis ke dalam resep kuenya.
Sehingga kue kararaban menjadi kue yang "berbeda" dari kue basah lainnya. Kita bisa belajar dari sini, bahwa hal sederhana bisa menjadi berbeda dan lebih bernilai jika kita bisa membuatnya berbeda dan bermanfaat.
Menghargai Proses
Bagaimana pun juga, kue kararaban tak akan menjadi kue seutuhnya jika tidak melewati proses. Mulai dari mencampur bahan baku, mengadon, dikukus, hingga penyajian. Satu saja tahapan penting dilewatkan, bisa saja kue tidak akan jadi. Malah hanya akan menjadi adonan saja yang tidak padat.
Seperti itu pula lah dalam kehidupan sehari-hari, kita akan berproses. Tentunya dengan proses yang baik, hasilnya juga berpotensi akan baik meski belum tentu hasilnya juga pasti akan sesuai keinginan. Namun hasil yang oke tanpa proses yang oke, misalnya kebersihan tak dijaga, bahan baku tidak fresh, tentu saja hasil yang baik itu akan tidak bermakna.
Post a Comment