Banjarese Culinary Explorer: Penjelajahan Asal Usul Soto Banjar, Nasi Astakona, Kopi Laba-laba dan Pizza Banjar menuju Dapur Satelit
TULISAN kali ini kami dari tim KALSELGRAM.com mencoba mengumpulkan data mengenai kuliner Banjar dari Kalimantan Selatan yang legendaris, hingga kuliner terkini yang lagi hits. Hal ini menarik untuk dibahas karena sebagian memiliki sejarah yang layak untuk diketahui. Yuk kita bertualang dalam tulisan ini ke beberapa kuliner Banjar dan perkembangan usaha kuliner di Banua. Tulisan ini didukung oleh Rumah Sambal Acan Raja Banjar. Rumah makan yang sudah tak diragukan lagi, bahkan sudah terima penghargaan dari Kesultanan Banjar.
KALSELGRAM.com | Develop a Better Future.
----------------------------------------------------------------------
Melacak Asal Usul Soto Banjar, dari Tiongkok, Kerajaan Demak hingga Banua
SOTO BANJAR sudah sejak lama menjadi primadona dalam per-kulineran suku Banjar di Kalimantan Selatan dan di daerah perantauan. Lalu sejak kapan soto yang punya khas rempah yang sangat kaya ini mulai dikenal dan dicintai oleh urang Banjar?
Jika kita tarik sedikit dari sejarah per-soto-an di Indonesia, maka di Nusantara ini ada berbagai ragam soto. Tak hanya di Kalsel, di pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi pun ada soto. Tentu saja dengan racikan bumbu dan cita rasa yang berbeda-beda. Namun ada kesamaan dari semua soto ini, yaitu: asin dan gurih. Dari mana sih asal usul recipe dari soto ini sebenarnya? Oke semoga tulisan kali ini bisa sedikit membantu rasa kepenasaran alias ke-kepo-an teman-teman semua.
![]() |
foto: idntimes |
Penelitian Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani dengan judul “Menyantap Soto Melacak Jao To Merekonstruksi (Ulang) Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa” (2013) dari Institute for Research and Community Service Petra Christian Univesity membuka kotak misteri bahwa soto diduga berasal dari Cina.
Melacak Asal Usul Soto
Kata “soto” sendiri dikaitkan dengan salah satu jenis makanan Cina yang dalam dialek Hokkian diucapkan dengan cau do, jao to, atau chau tu, yang artinya jeroan dengan rempah-rempah.
Katanya sih, soto semula disajikan ke pesisir pantai utara Jawa di abad ke-19 Masehi, soto disajikan berkuah dengan potongan daging ataupun jeroan. Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa 2: Silang Budaya Jaringan Asia (1996) mendukung tesis tersebut. Dituliskan oleh Lombard, para imigran dari Cina sudah banyak yang ikut serta dalam kegiatan produksi di pesisir Jawa, salah satunya dengan membuka rumah makan atau restoran, sejak abad ke-18 Masehi.
Dalam sebuah artikel yang telah tayang di laman Tirto, pernah dituliskan --masih menurutLombard-- usaha kuliner yang dirintis oleh orang-orang Tionghoa, terasuk peranakan, cukup mendominasi kala itu. Bukan cuma berbentuk warung atau restoran, tidak sedikit dari mereka yang berjualan dengan berkeliling menggunakan gerobak atau pikulan.
Dari sinilah soto mulai dikenal oleh masyarakat Nusantara, dijajakan dengan menggunakan gerobak atau pikulan. Soto kala itu disajikan dengan mangkuk keramik dan sendok sup atau sendok bebek. Mulanya, sesuai dengan sajian di Cina sana, soto memakai daging babi. Namun, karena di Nusantara kala itu sudah banyak yang memeluk Islam, maka orang-orang Tionghoa menggantinya dengan daging ayam, sapi, bebek, atau kerbau, hingga jeroannya.
Bagaimana dengan Soto Banjar?
Mengutip dari Wikipedia, Soto Banjar adalah soto khas suku Banjar, Kalimantan Selatan dengan bahan utama ayam serta memiliki aroma harum rempah-rempah seperti kayu manis, biji pala, dan cengkih. Adakalanya pembuatan kuah soto banjar dapat dicampurkan dengan sedikit susu yang membuat warna kuahnya mejadi tidak bening, tetapi sedikit keruh. Soto ini berisi daging ayam yang sudah disuwir-suwir, dengan tambahan perkedel, kentang rebus, rebusan telur, potongan wortel dan ketupat.
Seperti halnya soto ayam, bumbu soto Banjar berupa bawang merah, bawang putih dan merica, tetapi tidak memakai kunyit. Bumbu ditumis lebih dulu dengan sedikit minyak goreng atau minyak samin hingga harum sebelum dimasukkan ke dalam kuah rebusan ayam. Rempah-rempah nantinya diangkat agar tidak ikut masuk ke dalam mangkuk sewaktu dihidangkan.
Penjual soto Banjar biasanyan juga menyajikan sate ayam sebagai menu pendamping. Nasi sop adalah sebutan untuk soto Banjar yang dikuahkan ke sepiring nasi.
Nama Soto Banjar sendiri diambil dari nama suku mayoritas yang mendiami wilayah Kalimantan Selatan yakni suku Banjar. Namun ada juga versi lain yang menyebutkan, konon Soto Banjar dibawa oleh tentara Demak ketika memberikan bantuan kepada Kerajaan Banjar.
Sampai saat ini kami belum menemukan data pendukung yang bisa membenarkan klaim ini. Apakah benar resep soto ini berasal dari para pendatang Kerajaan Demak yang berlabuh di Banjar saat itu?
Jika berkaca dari sejarah soto sendiri, barangkali (menduga) bisa saja benar, karena resep masakan semacam sup ini memang kebanyakan berasal dari Cina dan banyak diaplikasikan di Pulau Jawa.
NASI ASTAKONA, KULINER ALA SULTAN BANJAR
Jenis makanan ini juga diyakini mewakili unsur-unsur bumi dari tanah, air, dan udara. Seperti itulah hidup manusia yang selalu terikat dengan alam.
Makna yang terkandung di dalam Sate Babokong ini adalah bahan sate dipilih dari bagian hati yang menandakan hati nurani serta jumlah lima tusuk mewakili rukun Islam yang lima dan jumlah solat wajib lima waktu.
![]() |
|
![]() |
foto: Zulfaisal Putra |
Setelah berselancar di dunia internet yang crowded itu, akhirnya kami menemukan sebuah keterangan dari salah satu budayawan Kalsel, yaitu Zulfaisal Putra. Dalam akun instagram milik doi, dia bilang kalau kopi Laba-Laba adalah kopi legenda di Banua.
Kalau menurut data-data yang kami dapat sih, kopi ini memang cukup melekat dengan para penikmat kopi di Kalsel. Pertama, karena kopi ini adalah kopi produksi lokal. Dengan kegelapan sangrai dan halusnya gilingan, kopi ini cukup nikmat kalau diseduh dengan air mendidih dicampur gula. Legit manis dan kentel lah alis Lemantel.
Dunia kuliner di Kalimantan Selatan semakin berkembang. Hal ini juga didukung dengan perkembangan teknologi pesan antar makanan melalui aplikasi di smartphone. Namun kali ini kami di KALSELGRAM.com sedang tidak membahas perkembangan itu. Sepertinya agak terlalu serius aja sih. Kali ini kami bakal menulis tentang kue buatan lokal yang rasanya malah melampaui kue jaringan transnasional. Mari kita simak ya.
Fenomena Pizza Banjar
Sebagai salah satu penggemar pizza, beberapa tahun lalu sempat cukup tertarik dengan salah satu rumah makan pizza lokal di Banjarmasin yang khas dengan warna brand biru dan pink. Sudah tau kan ya? Tiba-tiba saja pizza ini jadi viral, meski sempat menjadi pro dan kontra di kalangan pecinta pizza. Bagi yang suka italian pizza, pizza yang viral itu disebut terlalu lembut. Sedangkan bagi fans pizza "banjar" garis keras, pizza ini dianggap sangat enak dan lebih enak dari pizza dari brand impor dari Amerika.
Masalah selera memang tak bisa diperdebatkan, ya sah-sah saja bukan? Tapi yang mungkin bisa kita cermati sebenarnya adalah, bagaimana sebuah produk lokal bisa bersaing dengan pemain lama yang sudah established di dunia per-pizza-an sejak dahulu kala.
Berdasarkan teori perilaku konsumen, perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa bisa beberapa hal , seperti pendapatan, selera, dan harga barang, di kala yang lain tidak berubah (ceteris paribus).
Teori ini memaparkan mengapa seseorang dengan pendapatan yang dimilikinya, bisa membeli berbagai barang dan jasa sampai tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan dia harapkan. Kalau menurut saya (menurut saya lho ya., no debat cuy) mengapa pizza Banjar bisa mendapat tempat di hati konsumen Banjar? Hal itu karena urang Banjar memang suka (tidak semua) tekstur yang agak lembut. Lihat saja kue-kue urang Banjar (tidak termasuk keripik gumbili) kebanyakan memang mudah dikunyah.
Misalnya saja wadai 41 macam wadai khas Banjar yang melegenda itu, apakah mayoritas bertekstur agak krispi? rasa-rasanya masih banyak yang lembut dan mudah dikunyah. Dari sini, secara tidak ilmiah dan hanya menebak-nebak, mungkin itulah kenapa wadai pizza Banjar bisa mendapat tempat yang baik di hati konsumen di Kalsel.
![]() |
ilustrasi pizza | foto: weber |
Kembali pada teori perilaku konsumen tadi, dalam teori itu yang dikutip dari mbah Gugel, tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
Dengan harga yang hampir lebih murah dari pizza impor (saat itu) maka pizza Banjar dengan rasa yang juga pas di lidah orang Banjar, menjadi alternatif. Ketika dirasa lebih pas di lidah, konsumen akan reapeat order. Di situlah kuncinya: enak.
Pizza Ummi
Belakangan dunia per-pizza-an juga lagi diramaikan dengan kehadiran Pizza Ummi yang diprakarsai oleh seorang ibu rumah tangga dari Kota Banjarbaru, bernama Mbak Atiqah. Pizza Ummi ternyata punya potensi yang bagus jika ditinjau dalam teori perilaku konsumen tadi. Nomor satu yang jadi value adalah rasanya benar-benar enak dan harga yang ramah.
Bukan memuji tanpa dasar ya, terus terang, kami di rumah sampai berkali-kali order pizza ini dan tak cukup cuma satu pizza. Pizza ummi memang masuk kategori pizza bergaya Amerika atau bisa juga disebut pizza Banjar, dengan tekstur yang lembut dan bumbu yang bikin nagih. Namun rasa-rasanya, pecinta pizza italia pun akan bilang kalau pizza ummi ini enak sih.
Jika mengikuti teori perilaku konsumen tadi, Menurut Schiffman dan Kanuk, dikutip dari ciputra, perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang pembeli dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta bertindak pada konsumsi produk dan jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seseorang tersebut.
Proses lanjutan yang biasanya dilakukan seorang konsumen setelah melakukan proses dan keputusan pembelian adalah mengevaluasi pembeliannya tersebut. Evaluasi yang dilakukan mencakup pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apakah barang tersebut sudah sesuai dengan harapan, sudah tepat guna, tidak mengecewakan, dan lain sebagainya.
Pizza Ummi setidaknya menjawab evaluasi ini. Ia berhasil menjawabnya dengan kualitas dan harapan.
Dapur Satelit dan Potensi "Duitnya" di Kalsel
Belakangan muncul sebuah istilah dapur satelit (cloud kitchen) dalam dunia usaha kuliner di Indonesia. Dapur satelit diprediksi juga bakal bisa berkembang di Kalsel, khususnya di Banjarmasin. Dengan model bisnis yang ramping modal, dapur satelit memungkinkan UMKM mengekspansi bisnisnya lebih massif. Lalu apakah itu dapur satelit alias cloud kitchen.
Berdasarkan data dari Gojek regional timur, tercatat lebih dari 5.500 usaha kuliner di Banjarmasin bergabung di aplikasi layanan pesan-antar makanan GoFood pada tahun 2019. Ini masih belum ditambah dengan UMKM kuliner yang tergabung dalam GrabFood. Dengan ekosistem usaha yang sebegitu banyak, tentunya membuat peluang dan persaingan juga semakin ketat. Namun hal ini juga menjadi pertanda, bahwa bisnis kuliner dengan sistem antar semakin berkembang di Kalsel, khususnya di Banjarmasin dan Banjarbaru.
Mengutip dari mokapos, dapur satelit adalah restoran dengan konsep yang hanya menawarkan jasa delivery saja dan tidak menyediakan fasilitas makan di tempat. Di dalam dapur satelit tersedia ruang kerja berupa dapur besar dengan fasilitas lengkap yang bisa digunakan untuk memasak macam-macam menu dari berbagai restoran.
BAGAIMANA KONSEPNYA?
Konsep dapur di dalamnya mirip dengan konsep co-working space yang memang sedang populer belakangan ini. Dengan menggunakan konsep ini, proses pengantaran makanan ke pelanggan akan relatif lebih singkat dibanding dengan pemesanan di restoran konvensional.
Restoran yang menggunakan konsep cloud kitchen juga biasanya menyediakan layanan delivery yang langsung dilakukan oleh pihak restoran. Restoran cloud kitchen juga biasanya bekerja sama dengan layanan antar pesan pihak ketiga, seperti Go-Food atau GrabFood di Indonesia.
Dapur satelit sebenarnya bukan konsep usaha restoran yang baru. Konsep restoran delivery ini sudah lama diaplikasikan oleh berbagai bisnis kuliner pizza. Konsep cloud kitchen yang populer diterapkan ini pada awalnya muncul di India. Pada tahun 2003, Rebel Foods bersama Sequoia memulai bisnis pertamanya, Faasos, yang menjual ragam kuliner kebab.
Hingga saat ini, Rebel Foods memiliki lebih dari 9 brand dalam usahanya. Seiring dengan pesatnya permintaan konsumen atas layanan makanan delivery, konsep cloud kitchen pun semakin banyak diterapkan oleh pelaku bisnis kuliner.
Dapur satelit menawarkan keuntungan lebih banyak daripada restoran biasa. Salah satunya adalah minimnya biaya operasional yang dibutuhkan. Jika Anda memulai bisnis dengan konsep cloud kitchen, Anda dapat mengurangi biaya-biaya operasional seperti sewa gedung. Restoran konvensional tentu membutuhkan gedung usaha dengan lokasi yang strategis agar dapat menarik banyak pelanggan, tentunya biaya yang dibutuhkan tidaklah sedikit.
Dengan cloud kitchen, Anda bisa mengurangi aspek pilihan tempat strategis dan fokus kepada higienitasnya saja. Usaha restoran dengan konsep cloud kitchen juga mengurangi kebutuhan tenaga kerja usaha Anda secara signifikan. Selain minimnya biaya operasional, konsep cloud kitchen ini juga membuka lebar kesempatan bagi Anda untuk bereksperimen dengan produk Anda. Modal yang minimal membuka peluang bagi pegiat usaha untuk lebih fleksibel dalam menjual sesuatu yang inovatif. Dengan resiko yang lebih kecil, Anda bisa dengan leluasa menantang diri Anda dengan menciptakan beragam menu baru yang berkualitas tinggi.
PELUANGNYA DI KALSEL?
Kota-kota besar seperti Banjarmasin misalnya, kini memiliki jumlah orang "sibuk" yang meningkat. Hal ini memicu order makanan secara online juga meningkat. Hal inilah yang membuat usaha kuliner dengan konsep pesan antar juga bisa berkembang baik.Kendalanya adalah, pelaku usaha ini kesulitan untuk berekspansi dan memperbanyak gerainya agar bisa scale up.
Dengan adanya konsep cloud kitchen, diprediksi mampu membantu UMKM bisa mengembangkan bisnisnya dan berekspansi dengan modal yang tidak terlalu besar, sehingga bisa meminimalisir risiko.Dengan menggunakan dapur satelit, tentunya bisa menghemat biaya operasional dan hal-hal teknis. Di sinilah bentuk kekuatan dari dapur satelit. Namun sayangnya, sampai saat ini belum ada dapur satelit yang benar-benar profesional di Kalsel, khususnya di Banjarmasin. Padahal peluangnya cukup bagus. Pelaku usaha masih terlena dengan konsep konvensional dan hal ini terbukti rapuh dengan kondisi pandemi.
PERKEMBANGAN SELANJUTNYA
Dilansir dari bukuwarung bisnis berbasis virtual ini memiliki peluang yang bagus di masa mendatang. Masyarakat kini lebih senang memesan makanan melalui smartphone dan menunggu makanan diantar sambil menjalankan aktivitas lain. Orang-orang semakin sibuk dengan pekerjaannya dan tidak punya waktu untuk mengantre di restoran untuk membeli makanan.Karena cloud kitchen ini bisnis makanan yang relatif praktis, maka cloud kitchen bisa dikatakan ide usaha kreatif, yang bisa jadi peluang bisnis untuk mahasiswa. Saat ini bisnis makanan berbasis cloud belum begitu banyak di Indonesia. Jadi, manfaatkan kesempatan yang baik ini untuk segera memulai bisnis Anda.
REFERENSI:
Nasi Astakona. https://id.wikipedia.org/wiki/Nasi_Astakona. Diakses 14 Juni 2021.
Nasi Astakona. https://kesultananbanjar.id/nasi-astakona/. Diakses 14 Juni 2021.
2019. Sejarah, Asal-usul, dan Ragam Varian Soto di Indonesia. https://tirto.id/ (diakses tanggal 22 Mei 2021)
2021. Nikmatnya Sajian Soto Banjar Khas Kalimantan Selatan. https://indonesiakaya.com/ (diakses tanggal 22 Mei 2021)
2021. Mengulik Resep Soto Banjar. https://herstory.co.id/ (diakses tanggal 22 Mei 2021)
ilustrasi: romadekade.org
Post a Comment