Header Ads

Prinsip Bisnis Abdurrahman Bin 'Auf yang Patut Dicontoh Generasi Milenial


Oleh: M Zaenal Abidin

Generasi millenial merupakan kelompok demografis setelah generasi X. Generasi ini lahir antara 1980 hingga 2000. Dengan demikian generasi millenial sekarang berusia 18 tahun hingga 38 tahun. Menurut badan perencanaan pembangunan nasional, proporsi generasi millenial sekitar 34,45 persen, lebih dari sepertiga jumlah penduduk negeri ini.

Pentingnya peran dan kontribusi generasi milineal muslim untuk ambil bagian dalam perjuangan penegakan islam demi kejayaan islam dimasa sekarang dan masa mendatang. 

Para pengusaha muda muslim harus berkomitmen untuk menjadikan islam selalu di depan matanya agar ia bisa menjadi sosok Abdurrahman bin Auf hari ini dan masa depan, meskipun tidak menyamai sosok Abdurrahman bin Auf yang sebenarnya. Namun, paling tidak sama-sama mempunyai tekad dan peran serta kontribusi demi masa depan Islam yang unggul.

Abdurrahman Bin Auf lahir pada tahun gajah ke sepuluh. Tepatnya pada tahun 581 M. Usianya tidak terpaut begitu jauh dengan Rasulullah SAW, yang lahir di tahun 571 M, hanya berselisih sepuluh tahun lebih muda.

Dalam sebuah kisah dceritakan beliau memiliki tampilan fisik yang nyaris sempurna sebagai laki-laki. Gondrong, hidung mancung, bahu lebar, leher panjang, dan segala kelebihan lainya. ia mengenal Islam melalui sahabatnya Abu Bakar, dan termasuk dalam Asabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam).

Beliau adalah sahabat Rasulullah Saw yang paling kaya, salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga, dan yang tak kalah luar biasa, beliau adalah seorang pengusaha muslim generasi awal yang kaya raya. 

Di akhir hidupnya ia meninggalakan 36 anak, 28 diantaranya laki-laki, dan sisanya perempuan  dari ke empat orang istri. Uniknya, meski ia telah memberikan sebagian besar hartanya di jalan Allah, bahkan dikatakan habis. Namun pada kenyataanya ketika ia meninggal, ia masih memiliki warisan yang jumlahnya masyaAllah.

Sungguh banyak teladan yang dapat direngkuh dari sepak terjang bisnisnya. Salah satunya adalah pada prinsip manajemen bisnis yang dipegang kuat dan diterapkan secara konsisten dan penuh komitmen sebagai berikut.

Tidak sekadar mencari uang, melainkan mencari ridha Allah saja
Inilah yang menjadikan beliau berbeda dari pelaku bisnis lainya pada masa itu. Ketika yang lain sibuk dan memfokuskan diri ke harta bisnis, beliau malah tidak terlalu mencari, lantas menghawatirkanya. 

Ia memilih membenarkan niatnya tidak semata-mata karena harta, melainkan karena Ridha Allah semata. Niat hatinya yang membuat ia disayang Allah, dan diberi rezeki berlebih. Ketika ia sedang berbisnis, pikiran terhadap pemuasan nafsu dibuangnya jauh-jauh. terutama pemikiran untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya.

Jujur dalam tindak-tanduk (kaidah syar'i)
Jujurnya Abdurrahman tidak hanya pada pelanggan, dan kolega bisnis, melainkan ia juga jujur kepada Allah dan Rasulnya dalam kondisi seperti apapun. Inilah hakekat jujur sebenarnya, dimana kejujuran terhadap manusia hanya berupa turunan dari kejujuran terhadap sang pencipta. Kejujuran wajib dalam bisnis. Diwujudkan dengan menyeleksi apakah baik-buruk, halal-haram, dsb. Cara memperdagangkanya pun harus syar'i, dengan menjauhi cara yang dilarang Allah, riba contohnya.

Keselelarasan antara kerja keras, dan kerja cerdas 
Abdurrahman Bin Auf adalah salah seorang yang mampu menerapkan keselarasan antara kerja keras, dan kerja cerdas. Setelah mengetahaui letak pasar untuk melakukan riset dahulu, kira-kira barang seperti apa yang dibutuhkan oleh penduduk Madinah. Setelah megetahuinya, beliau segera mencari barang yang berkualitas baik dengan harga yang lebih murah. Hasilnya... ia mampu membuat pelanggan mengantri untuk sekadar membeli barang dari gerai miliknya.  

Dengan sedekah, harta menjadi bersih dan subur
Abdurrahman Bin Auf sudah dikenal sebagai entrepreneur yang sukses dimata sahabat, maka tidak di ragukan lagi keberhasilanya dalam bisnis. Meski kaya, ia tidak mudah terlena, lupa, serta kikir untuk menikmatinya sendiri. Ia memilih berbagi, menginfakkan hartanya untuk fakir dan perjuangan umat Islam saat berjihad. Semakin banyak ia bersedekah, maka Allah senantiasa menambahkan rezeki lebih banyak lagi untuknya (baca QS. Al-Baqarah 2:26).

Menjadi tuan harta, bukan malah menjadi budak harta
Abdurrahman telah menjadi tuanya harta, dialah yang mengendalikanya, bukan di kendalikan. Ia juga tidak pernah menikmati nikmat harta sendirian, semua orang disekitar pasti menikmati harta beliau.Ia membagi harta menjadi hak-hak tertentu. Hak atas Allah, keluarga, jihad, dan sebagainya. Dengan begitu ia akan mampu terhindar dari perbudakan harta yang akan berujung pada kesengsaraan sendiri, atau nerakanya sendiri.

Rajin bersyukur
Rahasia terakhir bagaimana Abdurrahman Bin Auf bisa sukses ialah, dengan menjadi insan yang pandai mensyukuri nikmat. Segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepadanya, ia syukuri dengan hikmat, dan tak lupa membagikanya, melanjutkan nikmat itu ke manusia lain. Syukurnya di wujudkan ke dalam bentuk berbagai amalan, seperti amalan hati(berperasangka baik pada Allah), lisan(zikir, tahmid), dan perbuatan(sedekah, berbagi).

Ia merupakan teladan bagi kita, soal hakikat dari syukur. Ia tak pernah mengeluh sedikitpun tentang apa yang ia terima dari Allah. Hujan bersyukur, panas ya bersyukur.Semakin seseorang pandai bersyukur, semakin sukses pula lah usahanya di dunia, juga di akhirat. Semoga kita termasuk orang-oranag yang pandai bersyukur. Aamiin...

Kita ketahui bersama, untuk dapat mencontoh sosok Abdurrahman bin Auf tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, karena hal ini diperlukan keteguhan yang matang, keikhlasan, kesabaran, dan rasa tanggung jawab lebih, karena berbagai tantangan terus menghadang, berhadapan dengan era bebas yang 'membolehkan' siapa pun menggunakan berbagai cara untuk memenangi persepsi (mind share) konsumen dengan brand yang kuat dan memenangi pasar (market share) dengan produk dan layanan yang 'sempurna'. Di sinilah peran seorang pengusaha muda muslim ditantang sekaligus diuji kemampuannya untuk tetap eksis di rimba kompetisi bisnis yang 'liar'.

No comments

close
pop up banner